HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEGELISAHAN
MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR
OLEH :
TRIANA DIVANI PUTRI 17518137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul "Hubungan Antara
Manusia dengan Kegelisahan" ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempuranaan makalah ini.
Depok,31 Desember 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya
pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit
ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila
dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang
pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat
penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah
mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu
pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya.
Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda
perasaan gelisah.
Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa
ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa
tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada
hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada
hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah
perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan
tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang
dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah Pengertian Kegelisahan?
2. Apakah faktor penyebab terjadinya
Kegelisahan?
3. Bagaimana cara mengatasi Kegelisahan?
4. Apa saja bentuk – bentuk Kegelisahan?
5. Apa saja macam-macam Kegelisahan?
6. Apa Hubungan manusia dengan Kegelisahan?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan makalah ini dibuat adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian
kegelisahan
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya
kegelisahan
3. Untuk mengetahui cara mengatasi
kegelisahan
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk
kegelisahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak
tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar,
cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah
laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku
atau gerak.-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil
mengepal-ngepalkan tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk
dengan wajah murung atau sayu, malas bicara, dan lain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresidari
kecemasan.Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan
sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau
kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat
disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak
tecapai.
Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan,
atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan
pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi
kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau
takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar,
haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan
karena diancam seseorang.
2.2 Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan
sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor
keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan,
terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat
dominan dan berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor penyebab kegelisahan antara
lain:
a. Faktor kegelisan
dari dalam diri seseorang antara lain:
1. Cinta Diri
Kecintaan seseorang
terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah
berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan
berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud
cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri
sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu,
sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang
berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri
seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan
kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara
keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2. Lalai dalam
Mengingat Allah
Dalam beberapa
hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan
muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari
(mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang
was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang
hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali
bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama,
mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari
berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat
menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat
menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan
mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari
dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was
muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan
hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat
menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga
sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika
seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan
jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut
berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan
tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang
berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya
merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat
disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu
merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu
adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas
tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka
yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada
masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan
menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan
berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan
tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was.
Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya
merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan
akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam
mengendalikan diri.
Tidak diragukan
lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang
akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan
menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan
perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya
kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam
diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan
untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah
dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan
agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka
perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan,
was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian
gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang
lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak
mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang
lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan
segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang
dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang
kepada orang lain.
2.3 Cara Mengatasi Kegelisahan
Cara yang
bisa kita lakukan untuk mengatasi dan mencegah kegelisahan yaitu :
a.
Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada
diri kita sendiri (instropeksi), akibat yang paling buruk yang bagaimanakah
yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa
penyebabnya dan sebagainya.
b.
Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa
tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita.
Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
c.
Cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah kita
memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada Tuhan
karena Tuhan pasti memilihkan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya, jadi mengapa
kita harus merasa gelisah jika Tuhan melindungi hamba-Nya.
2.4
Bentuk-Bentuk Kegelisahan
Bentuk bentuk kegelisahan antara
lain:
a. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata
terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak
dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal
yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau
terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang
jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup
manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat
universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan
manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan
ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh :
Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik
bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia
mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada
kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan
diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
·
Sebab – sebab
Keterasingan
Bila kita
memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup
menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi,
sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
· Perbuatan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh
atau sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan
aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti
masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan
timbul jarak antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi
timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang
lain negatif seperti misalnya sombong,
menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap
yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka
berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang
segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi
konflik batin atau konflik fisik.
·
Sikap rendah
diri.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur
adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau
tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan
orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang
menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak
baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan
cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena
kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat
hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia
memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik,
maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam
keterasingan.
b. Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah
anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula
merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan
lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa
rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya,
meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan karena rendah
pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah
diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang
yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang
yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri,
mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut
salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan
diri dari pergaulan.Akan tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada
mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Contoh :
Akil yang merasa berpendidikan
rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi
tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum pernah
didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan
mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka.
Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa
malu, dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua
akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat
lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai
orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai
tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran
bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi
tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang.
Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
e. Takut kehilangan hak.
Contoh :
Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya
berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah,
akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing
dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan
karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan
hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang
melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.
f. Kerinduan
Kadang-kadang keterasingan
disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga,
teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar
apabila seseorang yang berada jauh dari
keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam
kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa
terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
·
Usaha-usaha
untuk mengatasi Keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena
sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang
melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran
yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka
lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang
mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga
diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi
sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.
b. Kesepian
Kesepian
berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang
atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Contoh :
1. Setelah anaknya yang telah menikah
itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah
tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena
pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan
lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang
pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama
atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus
penyebabnya.
·
Sebab-sebab
terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya
kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau
diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan
sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh : Pangeran Sidharta, putra
raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan
keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang
penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat
yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu
mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama,
walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak
pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan
sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi
kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil
dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
c. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata
tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang
dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan
oleh berbagai sebab, yang paling utama
adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian
hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil
sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya,
ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian,
seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
·
Sebab sebab
ketidakpastian
Menurut Siti Meichati dalam bukunya
Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir
dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi
merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia. Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada
suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu
semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie
adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu
hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut
terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan
mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi
ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya,
sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh : Keinginannya mengambil
barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia
mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria
ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman
pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti
dari sikap orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu
hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah
dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia
beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak
orang menjauhinya.
Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
6. Halusinasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat
juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang
mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).
Contoh : Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak
minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7. Keadaan emosi
Dalam
keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
2.5 Macam-Macam Kegelisahan
1. Kegelisahan negatif
Kegelisahan yang berlebih-lebihan/yang melewati batas, yaitu kegelisahan
yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya
sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret
untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam
‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.
2. Kegelisahan positif
Kegelisahan dalam arti yang baik digunakan sebagai kesadaran yang dapat
menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, sebagai tanda peringatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang
secara tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi
baru dan dapat membantu dalam beradaptasi.
Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan
“kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah;
ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam
kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran,
ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
·Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
·Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1. Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan
kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar
atau lingkungan sekitar.
Contoh
: Tini seorang ibu muda, mempunyai anak
berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan
sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina.
Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut jelas
bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya
bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan
sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa
terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh
tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan
oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya:
Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa
yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah
ketika menunggu hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan Moral
Kegelisahan
ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau
malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani.
Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan
sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun
mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya
itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi,
mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu.
Contohnya:
Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait
merasa gelisah.
2.6 Hubungan Manusia dengan Kegelisahan
2.6 Hubungan Manusia dengan Kegelisahan
Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari
permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan.
Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dari
golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah
operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh
rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan
dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuata salah sudah pasti
tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak
akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai,
jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan yang sering terjadi pada
manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan sebuah perbuatan buruk. Hal
ini lah yang membuat seseorang mengalami kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia
merasa cemas. Karena terlalu memikirkan perbuatan buruk yang sudah
dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat murung, menyendiri dan merasa
kesepian dan terasing.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan
KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia, dengan tidak
memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya, pasti akan
mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan ataupun berat.
Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia mempunyai hati dan
perasaan.
Berbicara
tentang manusia, berbicara pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia.
Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan
hakikat kehidupan manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia
mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.
Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka
yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan
sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap
keserakahan dan konflik yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada
akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun
bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian
mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan
dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya,
kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari
keterasingan yang dialami seseorang bisa saja menciptakan kondisi
kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian.
Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku sosiopatik dan sikap
apatis yang tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan
tidak bisa hidup sendiri. Untuk mengatasi kegelisahan yang dialami manusia,
cara yang paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir
positif) kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu mengingat Dia.
DAFTAR PUSTAKA
http://isfaisfaxnewss.blogspot.com/2016/08/makalah-hubungan-manusia-dengan.html
http://manusiadankegelisahan77.blogspot.com/
https://aisyahtyasmaharani.wordpress.com/2013/12/05/faktor-penyebab-kegelisahan/
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-kegelisahan.html