Ilmu Alamiah Dasar


ILMU ALAMIAH DASAR

MATA KULIAH MATEMATKA DAN ILMU ALAMIAH DASAR






OLEH :
TRIANA DIVANI PUTRI 17518137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019



KATA PENGANTAR

           Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul "Ilmu Alamiah Dasar" ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.
           Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
           Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempuranaan makalah ini.




Depok,27 Maret 2019


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

           Dasar Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan ilmu alamiah dasar. Pada hakikatnya ilmu alamiah dasar adalah bukan suatu ilmu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu Pengetahuan Alam biasa di sebut Ilmu Alam, Natural Science, Science, ataupun Sains. Ilmu Alamiah Dasar merupakan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar yang ada di dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi.

Namun, Ilmu Alamiah Dasar bukanlah suatu disiplin ilmu. Bermula dari rasa heran, kesangisan terhadap kebenaran yang dilihat dan kesadaran akan kecilnya mereka dibandingka semesta, mereka mulai bertanya tentang kejadian alam yang unik untuk mendapat jawaban.

B. Rumusan Masalah

  1. Jelaskan pengertian Ilmu Alamiah Dasar menurut para ahli dan berikan kesimpulan!
  2. Jelaskan mengenai perkembangan alam pikiran manusia!
  3. Berikan contoh Mitos , Legenda , dan Cerita Rakyat dari Indonesia dan Jelaskan maksud dan hikmah dibalik peristiwa tersebut!

C. Tujuan Penulisan

           Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah sebagai berikut :

  1. Dapat memahami pengertian ilmu alamiah dasar.
  2. Dapat memahami perkembangan alam pikiran manusia.
  3. Dapat memahami maksud dan hikmah dibalik peristiwa.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Alamiah Dasar

           Menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006) “Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi” yang pembahasannya mencakup pengenalan IPA dan ruang lingkupnya, perkembangan teknologi dan dampaknya, serta hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia.

Menurut Maskoeri Yasin, Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala dalam alam semesta ini, termasuk bumi yang terbentuk dengan menggunakan konsep dan prinsip ilmu dasar.

Menurut H. Abay Ahmadi dan A. Supatmo dalam buku SAP Ilmu Alamiah Dasar menyatakan bahwa Ilmu Alamiah atau sering disebut IPA yaitu suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khusus, yaitu melakukan penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, penyimpulan,penelitian, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

Abu Ahmadi menjelaskan bahwa Ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam tiga lapangan pengetahuan yakni pengetahuan alamiah, sosial dan budaya yang masing-masing terbagi dalam sejumlah bidang keahlian atau disiplin ilmu.

Kesimpulan dari pengertian Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan teknologi & dampaknya, hubungan dengan kelangsungan hidup manusia, dan gejala-gejala dalam alam semesta, yang diperoleh secara khusus seperti melakukan observasi, eksperimentasi.

2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia

Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia
           Adanya perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman Babylonia (kurang lebih 650 SM) dimana orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan, bahkan percaya adanya banyak dewa.

           Manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba membuat jawaban sendiri. Misalnya apakah pelangi itu ? mereka tidak dapat menjawabnya. Maka, mereka mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Lalu timbullah pengetahuan baru yaitu bidadari. Dengan rasa ingin tahu manusia mampu mengembangkan pola pikir manusia secara luas. Manusia sebagai mahluk yang mempunyai hakekat rasa ingin tahu, mempunyai ciri-ciri :

  1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
  2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
  3. Memberikan tanggapan terhadap  rangsangan dari dalam dan dari luar.
  4. Memiliki potensi berkembang biak.
  5. Tumbuh dan bergerak.
  6. Berinteraksi dengan lingkunganna.
  7. Mati.

B.Faktor-faktor Proses Perkembangan Pola Pikir Manuisa
           Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :

1.Rasa Ingin Tahu
           Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap  pengaruh lingkungan  yang merugikan. Akan tetapi adanya akal budi itu  juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putu asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa :

  1. Penyelidikan langsung
  2. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain ataupun
  3. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.

           Ada yang ingin tahu bagaimana kebudayaan nenek moyang kita, ada yang ingin mengetahui cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah kependudukan dewasa ini, ada pula yang ingin menemukan cara yang paling efektif untuk mengajarkan IAD. Tiap individu atau kelompok individu mempunyai rasa ingin tahu yang kuat untuk berbagai bidang sedangkan untuk bidang-bidang lain, rasa ingin tahunya agak lemah atau bahkan sama sekali tidak ada. Rasa ingin tahu dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungan.

           Jadi, rasa ingin tahu tiap manusia pada tiap saat belum tentu sama kuat, demikian pula kelompok fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah menurut keadaan. Tidak mungkin setiap individu mempunyai rasa ingin tahu yang sama kuat terhadap segala fenomena yang terjadi dalam alam.

           Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menumbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam, membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahun manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan. Manusia merupakan makhluk yang berakal serta mempunyai derajat yang tertinggi jika dibandingan dengan hewan atau makhluk lainya.
a.       Rasa ingin tahu menyebabkan alam pikiran manusia berkembang, ada 2 macam perkembangan yaitu: Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini. Pada zaman purba manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki, terbit dan berbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir,hujan daan pelangi.
b.      Perkembangan alam pkiran manusia sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya. Alam pikiran seorang bayi yang baru lahir mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya lalu mereka bertanya kepada siapapun dengan demikian alam pikiran anak menjadi berkembang pesat.
           Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam seperti rasa ingin tahu. Sebab ekstern semacam itu dapat menimbulkan perkembangan alam pikiran manusia tetapi hasil itu biasanya tidak tahan lama. Tidak seperti perkembangan yang disebabkan oleh rasa ingin tahu. Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu.

2.Mitos
           Manusia berusaha memenuhi kebutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung itu sedang marah”.

           Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.
Bagaimana sesungguhnya proses berfikir pada manusia?  Jika kita telah lebih lanjut akan kita dapati bahwa   untuk   dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen,diantaranya :

  1. Fakta, manusia membutuhkan fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya.
  2. Indera, untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat melihat, meraba, pendengaran, dan indera  yang lainnya.
  3. Otak, merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta yang diserap.
  4. Informasi Sebelumnya, tanpa informasi manusia tidak dapat untuk  memahami fakta yang sedang dihadapinya.

Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan pola pikir manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:

1.Tahap teologi atau tahap fiktif
           Tahap dimana manusia menyusun mitos atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan. Mitos menurut C.A van peursen adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang, dsb. Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia juga lambang kejahtan dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahap teologi ini manusia menemukan identitas dirinya, manusia sebagai subjek yang masih terbuka dikelilingi oleh objek yaitu alam sehingga manusia mudah sekali dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang realita dengan indranya sehingga manusia dan alam melebur jadi satu.

           Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian alam sekitarnya dapat menanggapi daya kekuatan alam sekitarnya. Contoh gunung api meletus hebat, menimbulkan gempa bumi, mengeluarkan lahar panas dan awan panas sehingga menimbulkan banyak peubahan manusia, juga merusak daerah tempat tinggal dan persahan penduduk. Mausia pada tahap teologi (meurut A.Comte) atau pada tahap mitos (C.A. Van Peursen) belum dapat melihat realita ini dengan indranya, manusia belum dapat mengetahui dan menagkap peristiwa dalam objek dengan alam pikerannya, maka manusia berangaapan bahwa dewa yang dianggap sakti sedang murka.

2.Tahap filsafat atau tahap metafisika
           Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.

3.Tahap positif atau riil
           Tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Selanjutnya berdasarkan kemampuan berfikir  manusia  yang  semakin maju dan perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda semakin ditinggalkan orang, dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.

3.Penalaran Pola Pikir Manusia Penalaran Deduktif
           Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Dengan demikian , mitos makin kurang disukai dan hanya untuk memberikan keterangan pada anaka kecil kalau kita terlalu malas untuk memberikan keterangan ilmiah yang lengkap atau kalau kita mengganggap bahwa anak itu masih terlalu kecil untuk dapat mencernakan keterangan yang benar. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan, kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor.  Sebuah kesimpulan atau yang disebut konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut.

Penalaran Induktif
           Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umumdari pengamatan atas gejala-gejala yang khusus. Misalnya, pada pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum, bahwa semua logam jika dipanasi akan bertambah panjang.

           Dengan penalaran induktif ini makin lama dapat disusun pernytaan yang lebih umum lagi dan makin bersifat fundamental. Contohnya hewan dapat bernafas,manusia dapat bernafas. Dapat didimpulkan bahwa semua makhluk hidup dapat bernafas. Dengan cara ini dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami gejala yang beraneka ragam.

           Namun demikian, ternyata pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum dapat diandalkan kebenarannya. Sekumpulan fakta belum tentu bersifat konsisten atau mungkin bersifat kontradiktif.demikian pula fakta yang Nampak berkaitan belum dapat menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis.

           Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang hanya diperoleh dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indra. Oleh karena itu, himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.

Terdapat 7 sumber kekuatan yang mempengaruhi proses berpikir manusia:

  1. Orang Tua, Dari orang tua lah kita belajar tentang kata-kata, gerakan tubuh, perilaku, norma, keyakinan agama, prinsip, dan nilai-nilai luhur. Orang Tua adalah tutor atau guru kita yang pertama di dunia, merekalah yang membentuk pola pikir kita untuk yang pertama kalinya.
  2. Keluarga, Setelah orang tua kita akan dikenalkan dengan dunia lain yaitu keluarga, dari merekalah kita akan menangkap informasi dan pola pikir yang lain, yang fungsinya untuk melengkapi pola pikir yang telah kita peroleh dari orang tua.
  3. Masyarakat, Dunia lain yang akan dikenal adalah lingkungan masyarakat sekitar, dengan semakin bertambahnya informasi dan disatukan dengan apa yang telah kita dapat akan membuat proses pembentukan pikiran kita menjadi semakin kuat.
  4. Sekolah, Sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran seseorang, peraturan-peraturan yang diterapkan sekolah maupun perilaku dan sikap guru dapat memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada.
  5. Teman, Berteman merupakan aktualisasi diri yang pertama dalam kehidupan, karena dalam suatu pertemanan, kita yang menentukan pilihan akan berteman dengan siapa, tidak ada larangan dalam menentukan dengan siapa kita akan berteman.
  6. Media Massa, Adanya unsur pengidolaan pada suatu tontonan dapat menimbulkan peniruan-peniruan oleh seseorang baik itu yang sifatnya negatif maupun yang positif. Contohnya pola pakaian seorang artis akan ditiru oleh fans nya.
  7. Diri sendiri, Inilah faktor penentu dari suatu pola pikir, baik buruknya suatu pengaruh kitalah yang akan menentukan apakah kita akan menjadi pribadi yang buruk atau kita akan memilih menjadi pribadi yang baik.

           Kesimpulannya : Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu. Bahwa pengetahuan yang hanya diperoleh dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indra. Oleh karena itu, himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.

2.3 Mitos, Legenda dan Cerita Rakyat

           MITOS
           Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.

           LEGENDA
           Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklore.

           CERITA RAKYAT (DONGENG)
           Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.

           Saya akan memberikan satu contoh :


ASAL USUL TERBENTUKNYA SITU BAGENDIT
(Provinsi Jawa Barat)

           Bagendit atau Nyi Endit sangat kaya raya karena mendapat warisan dari suaminya. Tetapi ia serakah, kikir, dan senang memberikan pinjaman uang kepada penduduk dengan bunga tinggi.
           Suatu hari, datanglah nenek pengemis.
           “Pak, beri saya sedikit makanan. Saya sangat lapar.”
           Pak Penjaga menghardik, “Nenek tua, tidak ada makanan gratis disini. Ayo pergi!”
           “Tolong saya, Pak. Katakan pada Nyi Endit, saya meminta sedikit makanan,” kata nenek terus memohon.
Nyi Endit ke luar karena mendengar suara keributan.
           “Hai, nenek. Kalau ingin makan, kau harus membelinya. Lekas pergi.”
           “Kau sombong sekali, Nyi Endit. Kesombongan kamu pasti akan hancur1” teriak nenek sambil menancapkan tongkatnya ke tanah.
Nyi Endit bersama para penjaganya berusaha mencabut tongkat tersebut.
Usaha mereka tidak berhasil, nenek lalu mencabut tongkat dengan mudah dan menghilang entah ke mana.
Dari lubang bekas tancapan tongkat, tiba-tiba memancar air yang sangat deras. Air tesebut segera membanjiri rumah Nyi Endit dan sekitarnya.
Penduduk desa segera mengungsi, tetapi Nyi Endit tetap sibuk menyelamatkan harta bendanya di rumah.
Air semakin tinggi dan akhirnya Nyi Endit tenggelam bersama seluruh hartanya. Tempat tersebut lalu dikenal dengan nama Situ Bagendit (Bahasa Sunda: situ berarti danau).

           Maksud dari cerita Legenda di atas, Seorang nenek tua yang sedang kelaparan ingin meminta sedikit makanan untuk mengganjal perutnya. Tetapi Nyi Endit meminta bayaran untuk seporsi makanannya. Nenek itu menancapkan tongkat miliknya, dan berhasil membuat rumah Nyi Endit tenggelam dan disekitar rumah Nyi Endit menjadi banjir.

           Hikmah dari cerita Legenda diatas, Sebaiknya, jika memiliki harta melimpah berilah sedekah kepada orang miskin, yatim piatu dan sebagainya. Tidak perlu menghardik seseorang itu dengan kasar. “Tidak ada orang dermawan yang akan jatuh miskin”.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

           Secara sederhana Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan teknologi & dampaknya, hubungan dengan kelangsungan hidup manusia, dan gejala-gejala dalam alam semesta, yang diperoleh secara khusus seperti melakukan observasi, eksperimentasi.
Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu. Bahwa pengetahuan yang hanya diperoleh dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indra. Oleh karena itu, himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.

           Maka dari itu, sebagai manusia harus belajar untuk kelangsungan hidupnya, gejala-gejala yang terjadi pada alam semesta ini.

3.2 Saran

           Manusia sebagai makhluk yang diciptakan sempurna harus benar-benar menjaga alam ini untuk anak dan cucu kita nanti. Dan harus melewati proses yang benar dan detail.



DAFTAR PUSTAKA

Purnama,Heri.2010.Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta:Rineka Cipta.
https://jagoanilmu.net/pengertian-ilmu-alamiah-dasar-fungsi-tujuan/#super (Diakses pada tangggal 27 Maret 2019)
https://aliefsyahru.blogspot.com/2012/03/pengertian-mitos-legenda-dan-cerita.html (Diakses pada tanggal 27 Maret 2019)
Pratiwi,Wulan Mulya.2018.34 

Hubungan Antara Manusia dengan Kegelisahan


HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEGELISAHAN

MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR


OLEH :
TRIANA DIVANI PUTRI 17518137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018



KATA PENGANTAR

           Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul "Hubungan Antara Manusia dengan Kegelisahan" ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.
           Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
           Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempuranaan makalah ini.




Depok,31 Desember 2018


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

           Manusia dalam hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
           Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.

B. Rumusan Masalah

     1.      Apakah Pengertian Kegelisahan?
     2.      Apakah faktor penyebab terjadinya Kegelisahan?
     3.      Bagaimana cara mengatasi Kegelisahan?
     4.      Apa saja bentuk – bentuk Kegelisahan?
     5.      Apa saja macam-macam Kegelisahan?
     6.      Apa Hubungan manusia dengan Kegelisahan?



C. Tujuan Penulisan

     Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah sebagai berikut :
    1.      Untuk mengetahui pengertian kegelisahan
    2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya kegelisahan
    3.      Untuk mengetahui cara mengatasi kegelisahan
    4.      Untuk mengetahui bentuk – bentuk kegelisahan



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kegelisahan

           Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir,  tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan  hal  yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
           Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak.-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya  berjalan  mundar-mandir  dalam  ruang tertentu  sambil  menundukkan  kepala, memandang  jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicara, dan  lain-lain.
           Kegelisahan merupakan salah satu ekspresidari kecemasan.Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.
           Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
2.2 Faktor Penyebab Kegelisahan

           Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir   hayatnya. Faktor penyebab kegelisahan antara lain:

      a.       Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:

1.      Cinta Diri

           Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
           Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh  kerelaannya.

2.      Lalai dalam Mengingat Allah

           Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan  jiwanya.
           Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.

3.      Gejolak Hati

           Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
           Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.

4.      Rasa Takut dan Malu

           Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
           Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.

5.      Tidak Merasa Aman

           Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan   diri.
           Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.

6.      Jiwa yang Lemah

           Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.

      b.      Kemasyarakatan

           Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang kepada orang lain.

2.3 Cara Mengatasi Kegelisahan

           Cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dan mencegah kegelisahan yaitu :

a.        Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi), akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi, mengapa hal itu terjadi, apa penyebabnya dan sebagainya.
b.        Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa  kita.
c.        Cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah kita memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada Tuhan karena Tuhan pasti memilihkan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya, jadi mengapa kita harus merasa gelisah jika Tuhan melindungi hamba-Nya.

2.4 Bentuk-Bentuk Kegelisahan

           Bentuk bentuk kegelisahan antara lain:

      a.       Keterasingan
           Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh : Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.


·         Sebab – sebab Keterasingan

        Bila kita memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
·                 Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif  seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
·         Sikap rendah diri.
           Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.

      a.       Keterasingan karena cacat fisik
           Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.

      b.      Keterasingan karena sosial-ekonomi
           Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.

      c.       Keterasingan karena rendah pendidikan
           Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Contoh :
           Akil yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.

      d.      Keterasingan karena perbuatannya
           Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Contoh :
           Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.

    e.      Takut kehilangan hak.
           Contoh : Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.

   f.      Kerinduan
           Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang  yang berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.

·         Usaha-usaha untuk mengatasi Keterasingan

           Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.

        b.      Kesepian
        Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Contoh :
1. Setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.

·         Sebab-sebab terjadinya kesepian

           Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh : Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
           Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.

        c.      Ketidakpastian

        Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh  berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

·         Sebab sebab ketidakpastian

           Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :

1.      Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia. Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.

2.      Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.

3.      Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh : Keinginannya mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.

4.      Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.

5.      Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
              Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
              Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
        Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.

6.      Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh : Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.

7.      Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.

2.5 Macam-Macam Kegelisahan

1. Kegelisahan negatif
           Kegelisahan yang berlebih-lebihan/yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.

2. Kegelisahan positif
           Kegelisahan dalam arti yang baik digunakan sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi.
           Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia.
           Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran, ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

·Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :

             1.      Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)

           Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :  Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.

            2.      Kegelisahan Neurotik (Saraf)

           Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.

             3.      Kegelisahan Moral

            Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu.
Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.

2.6 Hubungan Manusia dengan Kegelisahan

                Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuata salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
        Kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
        Kegelisahan yang sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan sebuah perbuatan buruk. Hal ini lah yang membuat seseorang mengalami kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu memikirkan perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat murung, menyendiri dan merasa kesepian dan terasing.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

           Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami dapat menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia, dengan tidak memperdulikan  segala latar belakang dan kemampuannya, pasti akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan ataupun berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia mempunyai hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya, kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari keterasingan yang dialami seseorang  bisa saja menciptakan kondisi kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi merupakan  perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu mengingat Dia.


DAFTAR PUSTAKA


http://isfaisfaxnewss.blogspot.com/2016/08/makalah-hubungan-manusia-dengan.html

http://manusiadankegelisahan77.blogspot.com/

https://aisyahtyasmaharani.wordpress.com/2013/12/05/faktor-penyebab-kegelisahan/

http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-kegelisahan.html